BENANG OPERASI
  • Beranda
  • Hubungi kami
  • HERNIA MESH
  • PGA
  • CHROMIC
  • NYLON
  • SILK
  • POLYPROPYLENE
  • POLYGLACTINE 910
  • PLAIN
  • SALES OFFICE
  • Blog Artikel

MATERIAL BENANG OPERASI/BEDAH

28/5/2015

Comments

 

Material Benang Operasi adalah semua  bahan yang dipakai untuk meligasi atau mengaproksimasi jaringan dan menahannya sampai jaringan mengalami penyembuhan. 

Sejak 2000 SM, penggunaan benang dari bulu binatang telah dilakukan untuk menjahit luka.  Sejalan dengan perkembangan zaman, bahan-bahan untuk penjahitan bedah berkembang dan bervariasi mulai dari sutra, linen, katun, tendon ataupun usus hewan, bahkan kini pun telah digunakan bahan dari benang logam tahan karat. 

Klasifikasi

Benang untuk penjahitan luka dibagi atas beberapa kriteria, yaitu :
1.  Penyerapan (absorbable or non-absorbable)
2.  Asal Bahan (nature or synthetic)
3.  Asal Serat  (monofilament or polyfilament)
4.  Pelapisan (coated or uncoated)

Penyerapan

    Benang diserap dalam waktu yang terbatas didalam tubuh.  Lamanya  berada didalam tubuh dapat disesuaikan dengan organ yang dijahit dengan memilih jenis benang yang sesuai.  Sedapat mungkin benang jangan hancur dahulu sebelum organ yang bersangkutan betul-betul rapat dan cukup kuat.  Sebagai contoh, fasia harus dijahit dengan benang yang lama waktu penyerapannya, karena untuk penyembuhannya fascia butuh waktu yang cukup lama (hingga beberapa bulan).  Dengan alasan tertentu, kadang-kadang malah digunakan benang tak diserap untuk menjahit fasia.  Benang tak diserap akan berada seumur hidup. Benang-benang ini digunakan  misalnya pada penyambungan pembuluh darah dengan dacron graft, dimana pembuluh darah yang merupakan organ hidup tak akan pernah mengalami penyambungan dengan graft yang merupakan benda mati.  Disini jahitan dengan benang tak diserap berfungsi mempertahankan penyatuan tadi.  Harus diingat bahwa  benang jahitan disini merupakan benda asing yang sedikit banyak akan mengakibatkan terjadinya reaksi dari jaringan tubuh. Karena itu, untuk tujuan meminimalkan reaksi, digunakan bahan yang inert dan memberikan reaksi yang minimal. 
        Plain Catgut  maupun  chromic dan kolagen merupakan contoh benang diserap, sedang polyamida (nylon) dan sutera (silk, zyde) merupakan contoh benang tidak diserap. Keuntungan benang tidak diserap adalah dapat memberikan dukungan permanen yang tidak akan pernah habis namun meninggalkan benda asing dalam tubuh.

2.  Asal Bahan 

Benang-benang alami berasal dari bahan alam, seperti rambut, bulu binatang, katun, linen dan catgut.  Benang-benang ini telah digunakan sejak dahulu kala, mudah didapat dan relatif murah harganya.

Benang sintetis harganya lebih mahal, namun mempunyai berbagai keunggulan dalam hal absorpsi yang terprediksi dan umumnya telah disesuaikan  dengan organ yang akan dijahit.  Contoh benang sintetis yaitu polyglycolic acid, polypropylene, polyamide, polyester, polyglactin, polydioxanone, polyglyconate, polynylidene, polybutylester dan stainless steel.  Umumnya benang-benang ini dijual dalam kemasan dan bentuk sediaan khusus.

3.  Serat Benang

Benang serat tunggal umumnya lebih lentur namun kekuatan simpulnya (knotting security) biasanya lebih kecil, sehingga simpul jahitan mudah terbuka. Keunggulannya adalah bekas jahitannya (stitching mark) halus. Sedangkan benang serat banyak lebih baik kekuatan simpulnya, karena jalinan seratnya membuat benang lebih kesat dan menggigit.  Perlu diperhatikan bahwa celah-celah yang terdapat pada benang merupakan tempat berkumpulnya nidus yang dapat menjadi fokal infeksi yang sukar sembuh karena sulit dicapai makrofag.  Sering terjadi pembentukan sinus atau luka yang sukar sembuh pada penggunaan benang serat banyak.  Bekas jahitan dengan benang ini lebih kasar dan nyata.

Benang serat banyak dapat dibagi dua, yaitu braided yang berupa benang anyaman seperti rambut dikepang (contohnya polyester, polyglycolic acid, polyamide (polyfilament dan sutera), dan twisted dimana jalinan benang terdiri dari serat-serat yang dililit/dipilin (contohnya katun dan linen).  Polyamide (nylon) dapat dijumpai dalam 2 bentuk yaitu berserat tunggal dan berserat banyak.

4.   Pelapisan
Pelapisan benang (coated) mempunyai berbagai tujuan, bisa untuk mendapatkan benang yang lebih kesat sehingga kekuatan simpulnya lebih baik, untuk mengamankan jalinan benang sehingga tampil lebih rapi dan kokoh, untuk menutup celah-celah (pore) pada anyaman sehingga tidak terdapat tempat kuman untuk bersarang, serta untuk meminimalisasi reaksi jaringan.

Polyglycolic acid dan polydioxanone merupakan benang berserat banyak dan berlapis.  Sutera diberi lapisan lilin agar benang lebih kaku dan lebih menggigit, serta untuk menutup celah-celah pada benang.

Kriteria untuk penggunaan benang yang memenuhi syarat untuk penjahitan bedah antara lain   :
1.  Memiliki kekuatan regangan (tensile strength) yang baik sesuai dengan ukurannya.
2.  Mudah digunakan dan memiliki tahanan yang rendah ketika diaplikasikan dalam jaringan
3.  Mempunyai keamanan simpul yang baik, bebang tidak mudah longgar dan lepas.
4.  Memiliki kemasan steril yang baik dan mudah dibuka sehingga aman digunakan oleh personil bedah
5.  Reaksi minimal pada jaringan dan tidak cenderung meningkatkan pertumbuhan bakteri
6.  Non-alergenik dan non-karsinogenik



Ukuran  Benang (size) 
Benang dengan ukuran besar  dipakai untuk menjahit struktur yang alot/liat.  Untuk menjahit struktur halus, misalnya pada operasi mata, digunakan benang-benang mulai dari ukuran 00000 (5/0) hingga 7/0.  Makin banyak angka  nol-nya , makin halus ukurannya.  Untuk bedah mikro, dipakai benang ukuran 8/0 hingga 10/0.  Harus diingat, makin besar ukuran benang, makin besar pula benda asing yang kita masukkan kedalam tubuh penderita, yang berarti semakin besar pula reaksi jaringan. 

Kekuatan regangan (tensile strength)
Uji tensile strength dilakukan dilaboratorium, tensile strength didefinisikan sebagai beban yang diberikan per unit area dan dinyatakan dalam psi atau kg/cm2 atau bisa juga didefinisikan sebagai kekuatan yang dibutuhkan untuk memutuskan jahitan yang dinyatakan dengan lb atau kg.
Makin kuat tensile strength suatu benang, makin besar pula dayanya dalam merapatkan luka.  Benang jenis ini terutama dipakai untuk menahan luka didaerah yang bebannya tinggi, misalnya abdomen dan ekstremitas.  Umumnya tensile strength paling baik pada benang stainless steel, sedang pada benang sintetis dan paling lemah pada benang alami.

Reaksi jaringan (tissue reaction)

Reaksi jaringan terhadap benang penjahit luka mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mulai antara hari 1-3, karena benang merupakan benda asing dalam tubuh.
2. Reaksi yang terjadi tergantung dari bentuk fisik benang (monofilament, braided) atau dari struktur kimianya.
3. Reaksi berupa penyerapan atau penyingkiran material benang.  Makin cepat penyerapan, makin besar reaksi    
     seluler jaringannya.

        Bahan alami cenderung untuk merangsang reaksi lekosit polimorfonuklear (PMN) dan makrofag, sedangkan bahan sintetis merangsang reaksi makrofag dan sel raksasa (giant cell).  Besarnya  reaksi jaringan akan memperlambat penyembuhan luka. Demikian juga dengan hasil akhir penyembuhan luka dipengaruhi oleh reaksi jaringan.  Umumnya makin hebat reaksi jaringan, tampilan akhir luka akan semakin kurang bagus.

Penyerapan (Absorbtion)

Ada 2 mekanisme penyerapan benang penjahit luka. 
        Pertama, penyerapan melalui mekanisme enzimatik, misalnya terjadi pada catgut dan kolagen.  Disini enzim proteolitik yang tersimpan dalam lisosom PMN akan menghancurkan benang.  
        Kedua, adalah mekanisme hidrolisa yang berefek pada air yang terkandung dalam benang.  Gangguan pada air dalam benang akan menyebabkan benang lebih rapuh lalu hancur.  Hidrolisa akan meningkat dengan perubahan pH.

Keamanan simpul (knotting security)

Makin kasar serat suatu benang, makin tinggi pula koefisien gesekannya (coefficient of friction).  Dengan demikian, makin tinggi pula keamanan simpulnya.  Benang berserat banyak umumnya mempunyai keamanan simpul yang lebih tinggi daripada benang berserat tunggal.  Pelapisan benang juga ikut berperan, lilin yang dipakai melapisi sutera akan menyebabkan benang lebih kesat, sehingga simpulnya tak mudah longgar.  Tetapi harap diingat, kelenturan (pliability) benang berserat banyak lebih kecil dari benang berserat tunggal, sehingga lebih susah dimanipulasi sewaktu penjahitan.  Lagi pula pencabutan benang dari luka lebih mudah bila benang berserat tunggal dan licin.  Harus diperhitungkan juga bahwa benang berserat banyak akan meninggalkan bekas (stiching marks) yang lebih jelek dari benang berserat tunggal.  Selain koefisien gesekan, jenis dan jumlah ikatan simpul juga memegang peranan dalam menentukan keamanan suatu simpul.
Untuk kulit pada daerah yang ketegangannya tinggi (misalnya daerah abdomen dan ekstremitas), digunakan benang dengan keamanan simpul yang baik.  Biasanya kepentingan estetis menjadi nomor dua pada daerah ini.
Untuk mendapatkan keamanan simpul yang cukup, biasanya dilakukan manipulasi sesuai dengan jenis benang.  Benang yang licin sebaiknya disimpul lebih banyak daripada benang yang kesat.  Ini sesuai dengan hukum “approximation, no strangulation” ( merapatkan, bukan menjerat) pada penjahitan luka.
          
Jarum Bedah

Jarum (needle) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah teknik suture, sehingga mengetahui konsep dasar tentang needle tersebut dapat membantu  dalam menguasai teknik suturing. Sebagaian besar needle tersebut terbuat dari stainless steel yang tahan korosif dan melekat pada ujung benang melalui swage, yaitu lubang yang terdapat pada pangkal needle, dimana benang dapat melekat di dalamnya.  Needle harus cukup rigid sehingga memungkinkan untuk dapat menembus jaringan tanpa menjadi bengkok,  Diameter yang cukup tanpa menyebabkan kerusakan jaringan sekitar, setipis mungkin sehingga tidak meneyebabkan  kebocoran. Ujung needle harus tajam untuk dapat menembus jaringan dengan baik dan ukuran yang cukup besar sehingga dapat membawa benang tanpa ikut membawa jaringan sekitarnya. Needle juga harus mempunyai ketajaman tiga dimensi  yang memungkinkan kita dapat memegang dengan baik dengan menggunakan needle holder tanpa menyebabkan kerusakan jaringan lain yang tidak perlu.
Pemilihannya disesuaikan dengan jaringan dan regio pembedahan. 

Kriteria umum yang harus dimiliki oleh jarum bedah antara lain :
1.  Mengandung bahan antikarat (stainless steel)
2.  Kuat untuk menembus jaringan
3.  Ramping hingga tidak menimbulkan trauma pada jaringan
4.  Tajam
5.  Stabil bila digunakan bersama instrumen (needle holder)

Anatomi Jarum Bedah (surgical needle)
 
Pada surgical needle yang standar terdapat beberapa bagian yaitu : Needle Point, yaitu ujung needle yang relatif lebih tajam dan memiliki diameter terkecil dibandingkan semua bagian Needle. Swage  adalah pangkal needle yang memiliki pegangan berupa lubang atau celah untuk benang. Cord Length adalah jarak antara needle point dan swage apabila ditarik garis lurus , sedangkan needle length adalah jarak antara swage  dan needle point dengan mengikuti lengkung lingkar luar needle.  Radius adalah jarak antara pusat kelengkungan needle dengan needle itu sendiri. Needle Diameter adalah ketebalan needle pada setiap bagian.

Karakteristik Surgical Needle

Karakteristik yang paling penting dari surgical needle adalah :

1. Ketajaman dan kelengkungan

Ketajaman dan kelengkungan needle berkaitan erat dengan fungsinya. Seringkali needle yang khusus hanya untuk satu jenis operasi saja, misalkan J-shaped, yang digunakan hanya untuk operasi hernia femoralis saja.

2. Panjang dan diameter needle
Potensial length dari needle, ditentukan oleh ketebalan bahan yang digunakan dan rigiditas, ductility dan kekuatan sebuah needle menentukan ukuran needle. Kenyataannya needle dengan diameter 66 mm dengan ultra-thin wire gauge akan lebih mudah bengkok atau patah jika dibandingkan dengan needle yang pendek dengan diameter yang tebal. Needle yang panjang lebih baik digunakan untuk menjahit fasia dan kulit dengan bahan needle dan bahan yang lebih kuat. Needle yang pendek seringkali digunakan untuk menjahit viseral dan pembuluh darah . 

3.   Mata dan penampang melintang  needle
Titik lubang yang dibentuk oleh needle ditentukan oleh bagian terujung dari mata needle sampai diameter melintang yang terbesar dari needle. Terdapat empat jenis lubang yang dibentuk oleh needle: yaitu : Conventional Cutting, Reverse Cutting,  Taper Point dan Blunt. Conventional Cutting dan Reverse Cutting: digunakan dalam penjahitan kulit, periosteum, tendon. Taper digunakan untuk jaringan yang gampang ditembus dan untuk mendapat luka yang minimal. Blunt, untuk menjahit hepar dan lien.

4.  Jenis perlekatan benang jahit terhadap needle
Needle umumnya sudah melekat dengan benang yang akan kita gunakan. Teknologi tersebut mulai dikenal beberapa dekade terakhir. Secara tradisional semua needle memiliki 2 mata pada pangkalnya dan benang jahit harus dimasukkan pada mata needle tersebut sebelum dipergunakan. 
Terdapat dua macam perlekatan pada jarum-benang, yang pertama adalah tipe eye, yang dewasa ini sudah mulai jarang digunakan karena kurang praktis dalam pemakaianya dan menimbulkan trauma pada jaringan yang dijahit. Tipe yang kedua adalah swedged, dimana benang sudah digabungkan dengan jarum di dalam kemasan.  Hal ini lebih disukai karena tipe ini menimbulkan trauma yang minimal pada jaringan,  selain itu penggunaan jarum pun tidak dapat diulang sehingga mengurangi risiko penularan penyakit bagi pasien.

Comments

    Author
    Ms. Arie
    Adm Support Office di
    PT.  Wahyu Pratama Sukses

    Archives

    August 2019
    May 2015

    Categories

    All

    RSS Feed

Powered by Create your own unique website with customizable templates.